PENDEKATAN
dalam PEMBELAJARAN Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada dua pendapat
yang bertentangan di tengah pengajaran bahasa Indonesia. Di satu sisi, banyak
keluhan yang dilontarkan oleh masyarakat terhadap penguasaan bahasa Indonesia
si anak didik. Keluhan itu terutama karena si anak didik dianggap kurang mampu
menggunakan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis. Di sisi
lain, di sebagian siswa / mahasiswa mengatakan pembelajaran bahasa Indonesia
sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang
kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa/ mahasiswa menjadi lemah
dalam penangkapan materi (Haris, 2008).
Salah satu
keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Banyak pendekatan pembelajaran yang
dapat digunakan dan guru harus cermat dalam memilih pendekatan mana yang cocok
digunakan untuk lingkungannya.
Anthony (dalam
Ramelan, 1982) mengatakan bahwa pendekatan mengacu pada seperangkat asumsi yang
saling berkaitan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan
merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa
bermacam-macam, antara lain asumsi menganggap bahasa sebagai kebiasaan, ada
pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya
dilisankan , dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah.
Pendekatan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dipandang sesuai dengan seperangkat asumsi yang
saling berkaitan, yakni pendekatan kontekstual, pendekatan komunikatif,
pendekatan terpadu, dan pendekatan proses. Menurut Aminuddin (1996) pendekatan
merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan
berpikir dalam menentukan metode, strategi, dan prosedur dalam mencapai target
hasil tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari pendekatan pembelajaran itu?
2. Bagaimana dengan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas
rendah?
3. Apa sajakah macam dari pendekatan pembelajaran tersebut?
4. Bagaimana langkah-langkah dan manfaat pendekatan
tersebut?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari pendekatan.
2. Mengetahui hal-hal dasar tentang kelas rendah.
3. Mengetahui macam dari pendekatan pembelajaran.
4. Mengetahui langkah-langkah serta manfaat dari pendekatan
itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PENDEKATAN
Pendekatan menurut Edwar
M.Anthoni, 1963 adalah seperangkat
asumsi korelatif yang menangani hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan
pembelajaran bahasa. Pendekatan
bersifat aksiomatik. Metode merupakan rencana keseluruhan penyajian
bahasa secara rapi, tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi
dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih. Metode bersifat
prosedural. Di dalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak metode. Teknik
merupakan suatu muslihat, tipu daya dalam menyajikan bahan. Teknik harus
sejalan dengan metode dan serasi dengan pendekatan. Teknik bersifat
implementasi.
Richards & Rodgers,1986
menyempurnakan pendapat Anthoni. Mereka menambahkan peran guru, siswa bahan,
tujuan silabus dan tipe kegiatan dan pengajaran pada segi metode, sehingga
muncul istilah desain atau rancang-bangun.istilah teknik diganti dengan istilah
prosedur.
Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979)
adalah seperangakat asumsi mengenai hakikat bahasa, pengajaran dan proses
belajar-mengajar bahasa. Menurut Tarigan (1989) Pendekatan adalah seperangkat
korelatif yang menangani teori bahasa dan teori pemerolehan bahasa. Sedangkan
menurut Djunaidi (1989) Pendekatan merupakan serangkaian asumsi yang bersifat
hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan belajar bahasa.
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
B. PEMBELAJARAN KELAS
RENDAH
Ø Karakteristik Siswa Kelas
Rendah
Tingkatan kelas di sekolah
dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah dan kelas tinggi. Kelas
rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi
terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992: 44). Di Indonesia, rentang
usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada
kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan
anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa
yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Berkaitan dengan hal
tersebut, ada beberapa tugas perkembangan siswa sekolah (Makmun, 1995: 68),
diantaranya: (a) mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan
sehari-hari, (b) mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala,
nilai-nilai, (c) mencapai kebebasan pribadi, (d) mengembangkan sikap-sikap
terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial. Beberapa
keterampilan akan dimiliki oleh anak yang sudah mencapai tugas-tugas
perkembangan pada masa kanak-kanak akhir dengan rentang usia 6-13 tahun
(Soesilowindradini, ttn: 116, 118, 119). Keterampilan yang dicapai diantaranya,
yaitu social-help skills dan play skill. Social-help
skills berguna untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di
tempat bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi.
Keterampilan ini akan menambah perasaan harga diri dan menjadikannya sebagai
anak yang berguna, sehingga anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif).
Dengan keterampilan ini pula, anak telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelamin,
mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan mandiri. Sementara itu, play skill terkait dengan kemampuan motorik
seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang terampil dapat
membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat. Anak telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat
mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata
untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting.
Pertumbuhan fisik sebagai
salah satu karakteristik perkembangan siswa kelas rendah biasanya telah mencapai kematangan. Anak telah
mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Untuk perkembangan emosi, anak usia 6-8 tahun
biasanya telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, mengontrol emosi,
mau dan mampu berpisah dengan orang tua, serta mulai belajar tentang benar dan salah.
Perkembangan kecerdasan siswa kelas rendah ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan
seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan
kata, senang berbicara, memahami sebab
akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Ø Karakteristik Pembelajaran
Di Kelas Rendah
Pembelajaran di kelas
rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah dikembangkan oleh
guru. Proses pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan siswa, bahan
ajar, proses belajar, dan sistem penilaian sesuai dengan tahapan perkembangan
siswa. Hal lain yang harus dipahami, yaitu proses belajar harus dikembangkan
secara interaktif. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam
menciptakan stimulus respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar
lingkungannya. Siswa kelas rendah masih banyak membutuhkan perhatian karena
focks konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas
belajar juga masih kurang. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam menciptakan
proses belajar yang lebih menarik dan efektif.
Piaget (1950) menyatakan
bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan
beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya,
setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem
konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada
dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui
proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam
pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsepkonsep dalam pikiran untuk
menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan
membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara
seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi
dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka perilaku belajar anak
sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua
hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi
dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar
berada pada tahapan operasional konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai
menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara
objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan
memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional,
(3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan
benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan,
prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5)
Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan tahapan
perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar
memiliki tiga ciri, yaitu:
1) Konkrit
Konkrit mengandung makna
proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat,
didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab
siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang
alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih
dapat dipertanggungjawabkan.
2) Integratif
Pada tahap usia sekolah
dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka
belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini
melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi
bagian.
3) Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah
dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang
sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan
keluasan serta kedalaman materi .
C. JENIS-JENIS
PENDEKATAN
Berikut murupakan
macam- macam pendekatan pengajaran bahasa, di antaranya adalah:
1. Pendekatan Tujuan
2. Pendekatan Komunikatif
3. Pendekatan Ketrampilan Proses
4. Pendekatan Struktural
5. Pendekatan Whole Language
6. Pendekatan Kontekstual
7. Pendekatan Pragmatif
8. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
9. Pendekatan Spiral
10. Pendekatan Lintas Materi
1.
Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan
ini dilandasi oleh pemikiran, bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang
harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu adalah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana
yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar
tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar
ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu
sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan ialah “Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman
atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang
penting ialah tercapainya tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan
pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar tuntas”. Dengan
“cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap
berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaranitu
menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan
keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. Jika sekurang-kurangnya 85% dari
jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75%
dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
2.
Pendekatan Struktural
Pendekatan
Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang
dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar
anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan
penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran
bahasa perlu dititik beratkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang
tercakup dalam fonologi, mofologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan
tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting.
Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena
mereka memahami kaidah-kaidahnya.
3.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang
berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan
hasil belajar. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ketrampilan proses dalam
pembelajaran bahasa adalah pendekatan
yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara
aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi
keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik.
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep.
Konsep yang telah
ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan
proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan
konsep dalam proses belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri
siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis,
objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama,
rajin, dan sebagainya.
Keterampilan
proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan. Karena itu pencapainnya
atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar dalam
semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri.
Karena itu dalam penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata
pelajaran.
Pendekatan ini
merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan dasar untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang meliputi beberapa kemampuan seperti:
a. Kemampuan mengamati
Merupakan
salah satu ketrampilan yang sangat penting untuk memperoleh pengetahuan, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalm pengembangan ilmu pengetahuan.
Pengamatan dilaksanakan denagan memanfaatkan seluruh panca indara yang mungkin
bias digunakan untuk memperhatikan hal-hal yang diamati. Kemudian, mencatat apa
yang diamati, memilih-milih bagiannya berdasarkan criteria tertentu berdasarkan
tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menulis hasilnya.
b. Kemampuan menghitung
Salah satu
kemapuan yang penting dalm kehidupan sehari-hari.
c. Kemampuan mengukur
Dasar dari pengukuran ini adalah
perbandingan. Dalam penajaran apresiasi sastra misalnya, kegiatan pengukuran
dapat berupa telaah (kajian lebih dalam) terhadap suatu karya sastra denagan
menggunakan kriteria nilai-nilai estetika, moral, dan nilai pendidikan.
d. Kemampuan
mengklasifikasi
Merupakan
kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, akta,
informasi, dan gagasan.. pengelompokan ini didasarkan pada karakteristik atau
cirri-ciri yang sama dalam satu tujuan. Dalam pembelajan bahasa Indonesia,
kemampuan ini misalnya berupa kemampuan membedakan antara opini dan fakta dalam
suatu wacana dan mengelompokkan karya sastra berdasarkan cirri strukturnya.
e. Kemampuan menemukan hubungan
Yang
termasuk dalam kemampuan ini adalah fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang,
dan waktu. Kemampuan ini diwujudkan dalam kemampuan siswa menentukan hubungan
antara fakta yang terdapat dalam bacaan untuk membangun pemahaman kritis dan
kreatif terhadap bacaan.
f. Kemampuan membuat prediksi
Kemampuan
membuat prediksi atau perkiraan yang didasari penalaran, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Kemampuan membuat
prediksi disebut juga kemampuan menyusun hipotesis.
g. Kemampuan melaksanakan penelitian
Merupakan kegiatan para ilmuan dalam kehidupan ilmiah.
Namun dalam kehidupan sehari-hari kita juga perlu mengadakan penelitian.
Artinya, mengadakan pengkajian terhadap sesuatu untuk memecahkan masalah yang
kita hadapi.
Merupakan bagian dari kemampuan
menagdakan penelitian. Siswa perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan
data, baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Anak-anak dilatih
untuk mengumpulkan data dalam pengamatan lapangan, kemudian meganalisis data
tersebut dan membuat kesimpulan.
i. Kemampuan mengkomunikasikan hasil
Misalnya
siswa dilatih untuk menyusun laporan hasil pengamatan, kemudian
mempresentasikannya didepan kelas dalm sebuah kegiatan diskusi. Selain itu,
siswa di latih untuk menyusun laporan singkat tentang apa yang mereka teliti
untuk dipublikasikan melalui majalah sekolah atau majalah dinding.
Keterampilan
proses berkaitan dengan kemampuan. Oleh karena itu penerapan keterampilan
proses diletakkan dalam kompetensi dasar. Keterampilan proses juga dikenali
pada instruksi yang disampaikan oleh guru kepada siswa untuk mengerjakan
sesuatu.
Contoh: Kompetensi Dasar: Siswa dapat menyusun sebuah
pengumuman sebagai sarana menyampaikan informasi (keterampilan proses yang
tersirat dalam kompetensi dasar adalah mengkomunikasikan).
4.
Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa
secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990; Goodman,1986;
Weaver,1992). Whole language adalah
cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan
tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari whole
language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh
paham constructivism.Whole language
dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan
keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan
secara terpadu.
Menurut Routman (1991) dan Froese
(1991) ada delapan komponen whole language:
a) Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan
membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan
yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan membacakannya dengan
suara keras dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan
menikmati ceritanya. Manfaat yang didapat dari reading aloud antara lain meningkatkan keterampilan
menyimak,memperkaya kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang
tidak kalah penting adalah menumbuhkan minat baca pada siswa.
b) Jurnal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup efektif untuk
meningkatkan keterampilan siswa menulis adalah dengan mengimplementasikan
pembelajaran menulis jurnal atau menulis informal. Melalui menulis jurnal,
siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian di
sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Banyak manfaat yang
diperoleh dari menulis jurnal antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan menulis
b. Meningkatkan kemampuan membaca
c. Menumbuhkan keberanian menghadap risiko
d. Memberi kesempatan untuk membuat refleksi
e. Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi
f. Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis
g. Meningkatkan kemampuan berpikir
h. Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis
i. Menjadi alat evaluasi
j. Menjadi dokumen tertulis
c)
Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah kegiatan
membaca dalam hati yang dilakukan siswa. Siswa dibiarkan untuk memilih bacaan
yang sesuai dengan kemampuannya sendiri sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca
bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan
yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga memungkinkan siswa memilih
materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini
adalah:
a. Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan
b. Membaca dapat dilakukan oleh siapapun
c. Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut
d. Siswa dapat
membaca serta dapat berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama
e. Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca
f. Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi
yang dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir
d) Shared Reading
Shared Reading adalah kegiatan
membaca bersama antara guru dan siswa, dimana setiap orang mempunyai buku yang
sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di
kelas tinggi. Disini guru lebih berperan sebagai model dalam membaca.
Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini:
a. Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah)
b. Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada
buku
c. Siswa membaca bergiliran
Maksud kegiatan ini adalah:
a. Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru
membaca sebagai model
b. Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya
c. Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca yang
benar
e)
Guided Reading
Guided reading disebut juga
membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca
terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri,
tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided
reading semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru
melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar
pertanyaan pemahaman.
f)
Guided Writing
Guided Writing atau menulis
terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa
yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan
menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran
bukan pemberi petunjuk. Contoh kegiatan ini seperti memilih topik, membuat
draf, memperbaiki, dan mengedit yang dilakukan sendiri oleh siswa.
g) Independent
Reading
Independent Reading atau membaca
bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan untuk menentukan
sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebasmerupakan bagian integral
dari whole language. Dalam independent reading, siswa bertanggung
jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari
seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat,
fasilitator, dam pemberi respon.
h) Independent
Writing
Independent Writing atau menulis
bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan
menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Siswa mempunyai kesempatan
untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung jawab
sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk independent writing antara lain menulis
jurnal dan menulis respons.
Ciri-ciri kelas
whole language
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language:
a. Kelas yang
menerapkan whole language penuh
dengan barang cetakan (dinding, pintu, dan furniture).
b. Siswa belajar
melalui model atau contoh. Disini guru berperan sebagai model, guru menjadi
contoh perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang ideal.
c. Siswa bekerja
dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
d. Siswa berbagi
tanggung jawab dalam pembelajaran.
e. Siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran bermakna.
f. Siswa berani
mengambil risiko dan bebas bereksperimen
g. Siswa mendapat
balikan (feedback) positif baik dari
guru maupun temannya.
Penilaian dalam
kelas whole language
Di dalam kelas whole language, guru senantiasa
memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal selama
pembelajaran berlangsung guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan, berdiskusi
baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Penilaian juga berlangsung ketika
siswa dan guru mengadakan konferensi, alat penilaiannya seperti observasi dan
catatan anecdote. Selain penilaian informal, penilaian dilakukan dengan
portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa selama kegiatan
pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa dapat terlihat secara
otentik.
5.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia
nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan
observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam
konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam
status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Kontekstual
merupakan strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang
lain, konstektual dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih
produktif dan bermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus
mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dalam pendekatan ini dilibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik.
Definisi yang
mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi
sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memcahkan
masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Johnson (dalam
Nurhadi, 2004:13-14) mengungkapakan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual
memiliki delapan komponen utama yaitu:
a. Memiliki
hubungan yang bermakna
b. Melakukan
kegiatan yang signifikan
c. Belajar yang
diatur sendiri
d. Bekerja sama
e. Berfikir kritis
dan kreatif
f. Mengasuh dan memelihara
pribadi peserta didik
g. Mencapai
standar yang tinggi
h. Menggunakan
penilaian autentik.
- Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Langkah-langkah
penerapan kontekstual di kelas yaitu sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan bertanya (komponen konstruktivisme)
b. Melaksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang
diinginkan (komponen inkuiri)
c. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya (komponen
bertanya)
d. Menciptakan
masyarakat belajar, kerja kelompok (komponen masyarakat belajar)
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran (komponen pemodelan)
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik
merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu (komponen refleksi)
g. Melakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara (komponen
asesmen autentik)
6.
Pendekatan Komunikatif
Pendekatan
komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi
komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan
prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca,
berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan bahasa.
Pendekatan
komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa
kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus
dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah
pembelajaran bahasa yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang
memadai untuk mengembangkan kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa
baik kegiatan produktif maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan
situasi buatan yang terlepas dari konteks.
Ciri-ciri utama
pendekatan pembelajaran komunikatif ada dua kegiatan yang saling berkaitan
yakni adanya kegiatan-kegiatan:
1) Komunikasi
Fungsional
Terdiri atas empat yakni: mengolah informasi, berbagi dan
mengolah informasi, berbagi informasi
dengan kerja sama terbatas, dan berbagi informasi dengan kerja sama tak
terbatas.
2) Kegiatan yang
sifatnya interaksi sosial.
Terdiri dari 6 hal yakni: improvisasi, lakon-lakon pendek
yang lucu, aneka simulasi (bermain peran), dialog dan bermain peran,
siding-sidang konversasi dan diskusi, serta berdebat.
Ciri-ciri
pendekatan pembelajaran komunikatif, Menurut Brumfit dan Finocchiaro ciri-ciri
pendekatan komunikatif yaitu:
1. Makna merupakan hal yang terpenting
2. Percakapan harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif
dan tidak dihafalkan secara normal
3. Kontekstualisasi merupakan premis pertama
4. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi
5. Komunikasi efektif dianjurkan
6. Latihan atau drill diperbolehkan
7. Ucapan yang dapat dipahami diutamakan
8. Setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik
9. Segala upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal
10. Penggunaan bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak
11. Terjemaah digunakan jika diperlukan peserta didik
12. Membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal
13. Sitem bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi
14. Komunikasi komunikatif merupakan tujuan
15. Variasi linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi
16. Urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna untuk
memperkuat minat belajar
17. Guru mendorong peserta didik agar dapat bekerja sama dengan menggunakan
bahasa itu
18. Bahasa diciptakan oleh peserta didik melalui mencoba dan mencoba
19. Kefasihan dan bahasa yang berterima merupakan tujuan utama
20. Peserta didik diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui
kelompok atau pasangan, lisan dan tulis
21. Guru tidak bisa meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta didiknya.
22. Motivasi intrinsik akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang
dikomunikasikan.
Pendekatan
komunikatif berorientasi pada proses belajar-mengajar bahasa berdasarkan tugas
dan fungsi berkomunikasi. Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah: a) materi
harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi, b) desain materi harus
menekankan proses belajar-mengajar dan bukan pokok bahasan, dan c) materi harus
memberi dorongan kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar ( Siahaan
dalam Pateda, 1991:86).
Dalam pendekatan
komunikatif, yang menjadi acuan adalah kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa.
Pendekatan komunikatif berusaha membuat si terdidik memiliki kecakapan
berbahasa. Dengan sendirinya, acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi
bahasa dan bukan tata bahasa. Dengan kata lain, tata bahasa disajikan bukan
sebagai tujuan akhir, tetapi sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.
Strategi
belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar
siswa/mahasiswa aktif, yang sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara
belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing
(1854—1952) (lihat Pannen, dkk.2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote
learning ‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu siswa perlu
terlibat dalam proses belajar secara spontan / siswa terlibat secara aktif
dalam proses belajar-mengajar. Ø Strategi
Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Pendekatan Komunikatif.
Strategi merupakan
sebuah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Beberapa komponen yang terdapat dalam strategi adalah:
a) Tujuan
Untuk mengembangkan kompetensi komunikatif para
pembelajar bahasa yang mencakup kemampuan menafsirkan bentuk-bentuk linguistik.
b) Materi
Menurut Tarigan(dalam Solchan,dkk.2001:6.42) ada tiga
jenis materi yang di pakai dala pembelajaran bahasa denagn pendekatan
komunikatif yakni materi yang berdasarkan teks, materi berdasarkan tugas, dan
meteri berdasarkan realita.
c) Metode
d) Teknik
e) Media
Media pembelajaran yang sering kita kenal adalah
replika,gambar, duplikat, planel, kertas karton, radio, video, dsb.
f) Evaluasi
Dalam pembelajaran bahasa sebenarnya ada tiga tes yang
dapat di gunakan yaitu tes distrik, tes integratif, dan tes pragmatik. Namun
pada pendekatan konunikatif, tes yang cocok untuk di gunakan adalah tes
integratif dan tes pragmatif. Yang termasuk tes integratif: menyusun kalimat,
menafsirkan wacana yang dibaca atau didengar, memahami bacaan yang didengar
atau dibaca. Dan menyusun kalimat yang disediakan. Sedangkan yang termasuk tec
pragmatif: dikte, berbicara, paraphrase, dan
menjawab pertanyaan.
7.
Pendekatan CBSA
Ø Pengertian
pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif )
Pengertian CBSA
dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah kepada
pengotimalisasian pelibatan intelektual-emosianal siswa dalam proses
pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.
Pelibatan
intelektual-emosional/ fisik siswa optimalisasi dalam pembelajran , diarahkan
untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses
pemerolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
Keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, baik
intelektual maupun emosional, meskipun untuk merealisasikan dalam banyak hal
dipersyaratkan atau dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk
keaktifan fisik.
Ø Konsep dan Prinsip
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) merupakan istilah yang bermakna sama dengan Student Active
Learning (SAL). Dalam dunia pendidikan dan pengajaran termasuk bahasa Indonesia
dan matematika, CBSA bukanlah hal yang baru. Bahkan beberapa teori menunjukkan
bahwa CBSA merupakan tuntutan logis dari hakikat pembelajaran yang sebenarnya.
Hampir tidak mungkin terjadi proses pembelajaran yang tidak memerlukan
keterlibatan siswa di dalamnya.
Sebagai suatu
konsep, CBSA adalah suatu proses pembelajaran yang subjek didiknya terlibat
secara fisik, mental-intelektual, maupun sosial dalam memahami ide-ide dan
konsep-konsep pembelajaran (Ahmadi, 1991). Dengan kata lain, arah pembelajaran
CBSA mengacu pada siswa atau “student oriented” yang bermakna pembentukan
sejumlah keterampilan untuk membangun pengetahuan sendiri baik melalui proses
asimilasi maupun akomodasi. Dalam proses pembelajaran yang seperti ini, siswa
dipandang sebagai objek dan sekaligus sebagai subjek.
Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa CBSA adalah salah satu strategi pembelajaran
yang menuntut aktivitas atau partisipasi peserta didik seoptimal mungkin
sehingga mereka mampu mengubah tingkah lakunya dalam proses internalisasi
secara lebih efektif dan efisien.
Ada beberapa
prinsip belajar yang dapat digunakan dalam menunjang tumbuhnya CBSA di dalam
pembelajaran (Ahmadi, 1991), yaitu:
a. motivasi belajar siswa,
Motivasi belajar merupakan prinsip utama dalam CBSA.
Tanpa adanya motivasi, hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal.
Oleh karena itu, peranan guru dalam mengembangkan motivasi belajar ini sangat
diperlukan sekali. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam CBSA, antara lain melalui penggunaan metode
atau cara belajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi,
menggunakan media dan alat bantu yang bervariasi, memberikan
pertanyaan-pertanyaan pengiring atau pelacak, dan lain-lain.
b. pengetahuan prasyarat,
Matematika bersifat hirarkis. Untuk menguasai suatu
materi atau topik matematika, peserta didik harus menguasai terlebih dahulu
materi-materi sebelumnya yang terkait baik langsung maupun tidak langsung
dengan materi yang akan dipelajari tersebut. Oleh karena itu, tugas guru adalah
menyelidiki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang telah dimiliki siswa
untuk mempelajari suatu materi. Dengan cara demikian, siswa akan lebih siap
untuk memahami materi yang akan dipelajarinya
c. tujuan yang akan dicapai,
Pembelajaran yang terencana dengan baik akan memberikan
hasil yang baik pula. Perencanaan pembelajaran ini biasanya diwujudkan dalam
perumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan inilah yang menjadi
pedoman bagi guru dalam menentukan keluasan dan kedalaman materi.
d. hubungan sosial,
Dalam belajar siswa perlu dilatih untuk bekerja sama
dengan teman-temannya agar konsep-konsep yang sulit dipahami oleh siswa secara
mandiri akan menjadi lebih mudah jika dipelajari secara berkelompok. Latihan
bekerja sama ini juga bermanfaat dalam proses pembentukan kepribadian siswa
terutama sikap sosialnya.
e. belajar sambil bekerja,
Pada hakikatnya anak belajar sambil bekerja. Semakin
banyak aktivitas fisik siswa, akan semakin berkembang pula kemampuan berpikir
siswa. Apa yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang banyak melibatkan
aktivitas fisiknya, akan lebih lama mengendap dalam memori siswa. Siswa akan
bergembira dalam belajar apabila diberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya
dalam bekerja. Oleh karena itu, prinsip belajar sambil bekerja ini merupakan
prinsip yang paling banyak mewarnai CBSA.
f. perbedaan individu,
Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri, misalnya
dalam kemampuan, kebiasaan, minat, latar belakang keluarga, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran, guru sebaiknya dapat memperhatikan perbedaan individu pada
anak didiknya. Guru tidak boleh memperlakukan semua anak dengan cara yang sama,
walaupun tidak semua perbedaan anak dapat diakomodasi.
g. menemukan,
Menemukan merupakan prinsip yang harus banyak mewarnai
CBSA. Dalam CBSA, siswa harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mencari dan menemukan sendiri informasi-informasi yang ada di dalam
pembelajaran. Dengan cara demikian, siswa akan merasa lebih bersemangat dalam
belajar dan belajar menjadi pekerjaan yang tidak membosankan bagi siswa.
h. pemecahan masalah.
Pembelajaran akan lebih terarah apabila dimulai dengan
permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Situasi yang menghendaki siswa harus
memecahkan masalah ini akan mendorong siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara maksimal.
D. LANGKAH - LANGKAH
MENETAPKAN PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SERTA MANFAATNYA
Karakteristik
bahasa Indonesia adalah ciri khas atau sifat pembelajaran bahasa Indonesia
sebagai sebuah ilmu. Adapun langkah-langkah karakteristik pembelajaran bahasa
Indonesia adalah bersifat kontekstual, bersifat komunikatif, bersifat
sistematis, menantang pembelajar untuk memecahkan masalah-masalah nyata,
membawa pembelajar ke arah pembelajaran yang aktif, dan penyusunan bahan
pembelajaran dilakukan oleh guru sesuai dengan minat dan kebutuhan
pembelajaran, itu adalah salah satu langkah awal dalam menetapkan pendekatan
pembelajaran bahasa indonesia.
Tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya tergolong ke dalam 3 jenis tujuan,
yaitu tujuan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Tujuan afektif berkaitan
dengan penanaman rasa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai sarana
komunikasi. Tujuan kognitif berkaitan dengan proses pemahaman bentuk, makna,
dan fungsi bahasa Indonesia. Tujuan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan
menggunakan bahasa Indonesia untuk berbagai kepentingan.
Fungsi
pembelajaran bahasa Indonesia dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu fungsi
instrumentatif dan fungsi intrinsik. Fungsi instrumentatif adalah fungsi
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Fungsi intrinsik
adalah fungsi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai proses pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia.
Manfaat
pembelajaran bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yang
menjadi manfaat pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan
komunikasi, pembentuk perilaku positif, sarana pengembang ilmu pengetahuan,
sarana memperoleh ilmu pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan,
sarana ekspresi imajinatif; sarana penghubung dan pemersatu masyarakat
Indonesia, dan sarana transfer kultural.
Langkah-langkah
pembelajaran (siswa melakukan wawancara):
Ø Guru Memberi Contoh Sebuah Teks Wawancara
Ø Guru Mengarahkan Kegiatan Siswa Dan Menjelaskan Sopan
Santun Berwawancara
Ø Murid Merencanakan Wawancara : Menetapkan Topik Dan Nara
Sumber
Ø Murid Menyusun Pertanyaan (Pedoman) Untuk Wawancara
Ø Guru Mengundang Nara Sumber Atau Menyuruh Siswa Mendatangi
Nara Sumber
Ø Murid Berbagi Tugas Dalam Kelompoknya : Pewawancara,
Penulis, Dan Pengamat
Ø Murid Menyusun Laporan Hasil Wawancara
BAB III
P E N U T U P
A. SIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan merupakan
seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa, pengajaran dan
belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalam merancang, melaksanakan
dan menilai proses belajar-mengajar bahasa.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas rendah terdapat berbagai jenis
pendekatan. Pendekatan itu diantaranya pendekatan tujuan, pendekatan
komunikatif, pendekatan ketrampilan proses, pendekatan struktural, pendekatan
whole language, pendekatan kontekstual, pendekatan pragmatif, pendekatan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif), pendekatan spiral, pendekatan lintas materi. Tujuan
seorang guru dalam mengajar menggunakan pendekatan adalah, agar siswa aktif dan
kreatif dalam kegiatan belajar. Dengan menggunakan pendekatan diharapkan mampu
memberikan pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan dalam memperoleh serta
mengembangkan kompetensi bahasa yang dipelajari, hal ini adalah bahasa Indonesia.
Manfaat pembelajaran bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan strategis.
Adapun yang menjadi manfaat pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan
kemampuan komunikasi, pembentuk perilaku positif, sarana pengembang ilmu
pengetahuan, sarana memperoleh ilmu pengetahuan, sarana pengembang nilai norma
kedewasaan, sarana ekspresi imajinatif; sarana penghubung dan pemersatu
masyarakat Indonesia, dan sarana transfer kultural.
B. SARAN
Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul “Pendekatan dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Kelas Rendah” ini diharapkan
guru bisa lebih selektif dan lebih tepat
dalam memilih pendekatan yang akan diterapkan untuk mengajarkan pembelajaran di
sekolah dasar kelas rendah. Pendekatan yang diterapkan yang sesuai dengan
pembelajaran akan mempermudah guru maupan siswa dalam memberi materi serta
menangkap atau menerima meteri yang telah disampaikan, sehingga akan
memperlancar proses belajar mengajar di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Haryadi dan
Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan
Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud-Dikti.
Moedjiono dan Moh.
Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Pannen, Paulina
dkk. 2001. Mengajar di Perguruan Tinggi:
Konstrukktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Santoso, Puji, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Solehan, T.W, dkk.
2001. Hakikat Pendekatan, Prosedur, dan
Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Komunikatif-
Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia (Modul UT). Jakarta. Pusat Penerbitan
UT.
Sumantri, Mulyani
dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Tarigan, Djago, dkk. 2003. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Widjono Hs. 2005.
Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar